Literasi

Ajari Saya Menulis Feature (Ficer)

Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan Republika. (FOTO : Republika)

KAKI BUKIT – Ini adalah kisah tentang sebuah lomba karya tulis jurnalistik yang diikuti para jurnalis atau wartawan, pasca pengumuman pemenang muncul protes dari seorang peserta yang menyatakan karya salah seorang pemenang bukan karya tulis atau tulisan yang termasuk dalam kategori feature sesuai dengan ketentuan lomba.

Untuk meyakinkan protesnya maka jurnalis tersebut bertanya pada senior yang pernah menjadi petinggi di sebuah koran yang sudah tidak terbit. Ia ingin mendapat second opinion dari protesnya. “Apakah karya jurnalistik pemenang tersebut termasuk kategori karya jurnalistik feature?”

Maka jawaban yang diperolehnya, karya tulis tersebut adalah “opini cenderung feature” atau sebaliknya “feature cenderung opini.” Jawaban ini mengingatkan pada seorang jurnalis yang mengatakan, tulisannya “semi feature.” Entah istilah atau genre jurnalisme apa lagi ini?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ternyata jawaban yang diperolehnya masih mengambang dan ada keraguan dari seniornya karena tidak berani memutuskan masuk kategori opini atau feature tulisan tersebut. Sementara juri lomba karya tulis tersebut telah berkeyakinan memberikan penilaian dan menetapkan karya tulis tersebut sebagai salah satu pemenang. Untuk sebuah lomba karya tulis, mana yang hebat kualifikasinya antara dewan juri dengan wartawan senior mantan petinggi koran tersebut?

Dalam mekanisme penilaian, tentu juri sudah menerima karya tulis yang clear. Seperti cerita Benny Arnas penulis novel yang karyanya sudah naik menjadi film layar lebar bercerita dan kerap menjadi juri lomba karya tulis fiksi dan non fiksi. “Kalau menjadi juri, aku sebisanya meminta panitia memberi kami para juri naskah-naskah yang sudah disisir, termasuk bersih plagiarisme. Jadi saat naskah sampai ke juri adalah naskah yang sudah beres.”

Menurut penulis lebih dari 27 buku, 200 cerpen dan 200 esai, juri tidak lagi mengurusi hal-hal non konten, karena itu (masuk kategori feature atau bukan) itu urusan internal penyelenggara.

Jadi hal yang aneh dan janggal jika dewan juri hasil keputusannya masih dipermasalahkan oleh masalah yang bukan urusannya, karena juri konsentrasi pada penilaian isi naskah, bukan urusan apakah tulisan tersebut masuk kategori feature, opini atau esai.

Mengerti Feature

Jika demikian bagaimana sebuah karya jurnalistik termasuk kategori feature, bagaimana menulisnya, apa kriteria dan ciri-ciri bahwa tulisan tersebut feature? Apa yang membedakan antara karya jurnalistik berupa berita, opini dan esai atau tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi? Tolong ajari saya tentang semua itu.

Feature yang juga kerap ditulis ficer sebelum era media online sebagai produk jurnalistik banyak tersaji di halaman majalah, tabloid dan surat kabar. Juga ada ficer di radio dan televisi. Seiring dengan perkembangan teknologi digital kehadiran internet telah melahirkan platform media online atau media daring, maka di situ juga ada produk jurnalistik yang masuk dalam kategori ficer.

Feature atau ficer juga disebut karangan khas (karkhas). Sebelum sampai penjelaan tentang ficer ada baiknya mengenal dulu produk media massa atau produk jurnalistik. Di sebuah media media massa tersaji tiga kelompok besar produk jurnalistik, yaitu berita (news), opini (views) dan iklan (advertising).

Mengutip wartawan senior Farid Gaban, menurutnya secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga: Straight/spot News - berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news). News Feature - memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latar belakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi. Dan feature -bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.

Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan background. Menurut Farid Gaban, kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing. Kita memerlukan news feature - perkawinan antara spot news dan feature.

Berita Terkait

Image

Novelis Benny Arnas Terbang dari Lubuklinggau ke Prancis

Image

Pilih Mana, Jurnalis atau Kreator Konten?

Image

Berapa Jumlah Pasal dalam Kode Etik Jurnalistik?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA