Matinya Key Species Rimba Andalas di Jorong Tikalak (Bagian 1)

Lingkungan  
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) memindahkan tubuh Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di UPTD Rumah Sakit Hewan Sumatera Barat, di Padang, Selasa (16/5/2023). (FOTO : ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

KAKI BUKIT – Kabar duka datang Jorong Tikalak, Tanjung Beringin, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Sumbar). Kabar itu berisi berita duka matinya satwa langka yang dilindungi bernama Harima Sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada Selasa (16/5/23).

Seekor Harimau Sumatera diperkirakan berusia dua tahun mati usai terkena jerat babi. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat membawa bangkai harimau Sumatera tersebut ke UPTD Rumah Sakit Hewan di Padang

Kematian itu bukan kematian pertama harimau Sumatera di habitatnya pulau Sumatera. Juga bukan kematian, mungkin saja kematian yang kesekian. Selain kabar harimau yang mati juga kerap tersiar kabar tentang harimau Sumatera yang memangsa warga dan hewan ternak milik warga yang terjadi berulang kali pada berbagai daerah di Sumatera.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jika ada manusia menerkam manusia atau ternak warga maka media massa akan menulis, “Teror Harimau Masih Terus Terjadi.” Atau “Teror dari Sang Raja Hutan Tersebut Masih Berlangsung.” Entah apa yang ada di benak sang jurnalis atau redaktur menyematkan kata “teror” pada makhluk Tuhan yang satu ini?

Benarkah harimau sumatera tengah meneror masyarakat? Tepatkah kata “teror” melekat pada harimau yang memangsa manusia tersebut? Membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata teror memiliki arti “Usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.” Teror hanya dapat dilakukan manusia.

Menulis berita tentang harimau memangsa warga dengan menggunakan kata atau diksi “teror” terhadap serangan harimau terhadap manusia tersebut tidak tepat. Akan tepat jika penggunaan kata teror jika menggunakan huruf kursif (miring). Atau bisa menggunakan kata “serangan harimau.”

Kematian harimau Sumatera yang terjadi adalah kematian key species di rimba Andalas. Harimau Sumatera adalah key species atau satwa kunci, karena satwa yang satu ini memegang peranan penting dalam kehidupan satwa di hutan.

Laman Wikipedia menuliskan, makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Harimau sumatera merupakan hewan soliter dan berburu pada malam hari.

Harimau Sumatera sebagai key species artinya, jika harimau Sumatera punah keberadaannya pada ekosistem maka akan mengakibatkan perubahan yang hebat terhadap populasi jenis lain atau proses ekosistem; serta yang memiliki fungsi yang vital dalam komunitasnya.

Sebagai key species harimau Sumatera – yang mungkin dapat kita sebut “harimau andalas” karena nama lain dari Pulau Sumatera adalah Pulau Andalas – memainkan peranan yang penting di dalam struktur, fungsi atau produktifitas dari habitat atau ekosistem. Jika hilang akan mengakibatkan perubahan yang signifikan atau fungsi yang salah yang bisa berefek pada skala yang lebih besar.

Harimau Sumatera adalah satwa endemik pulau Sumatera yang saat dan merupakan spesies kunci yang hidup di pulau Sumatera dan sangat berguna menjaga keseimbangan rantai makanan di area habitat ekosistem hutan Sumatera. Deforestasi, pembukaan lahan untuk kebutuhan manusia serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap melanda Sumatera telah menekan habitat spesies sehingga memicu terjadinya konflik antara satwa dan manusia.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image