Karhutla Landa Sumsel, Walhi Mendata Agustus 2023 ada 740 Titik Api
KAKI BUKIT – Musim kemarau telah melanda beberapa daerah di Sumatera Selatan (Sumsel). Akibat musim kering tersebut pada beberapa daerah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Di Palembang ibu kota Provinsi Sumsel pertengahan Agustus 2023 terjadi kebakaran gunungan atau penimbunan sampah di kawasan TPA (tempat pembuangan akhir) Sukawinatan.
Menurut data dari Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sumsel, karhutla pada 2023 terjadi pada area pemilik izin korporasi, dalam area izin konsesi kebun kayu atau hutan tanaman industri (HTI) dan izin perkebunan kelapa sawit.
Dari data yang dilansir akun Instagram @walhisumsel menyebutkan, “Berdasarkan analisis WALHI Sumsel melalui citra satelit hingga saat ini titik api pada bulan agustus ada 370 fire hotspot dalam izin korporasi. Ditemukan titik api berada di izin konsesi Kebun Kayu (HTI) 196 fire hotspot, izin konsesi perkebunan kelapa sawit 174 fire hotspot”.
Menurut Direktur Walhi Sumsel Yuliusman, karhutla akhir akhir ini kembali terjadi beberapa wilayah Sumatera Selatan telah menjadi perhatian serius baik secara daerah maupun nasional.
“Faktor utama penyebab kebakaran lahan adalah aktivitas perusahaan yang melakukan pengeringan lahan dengan cara membuat pembuatan kanal dengan skala besar, yang menyebabkan lahan menjadi kering dan mudah terbakar ketika masuk musim kemarau saat ini”, katanya.
Sementara itu dampak bencana ekologis kebakaran lahan beberapa hari terakhir yang dirasakan masyarakat adalah kabut asap langsung dan pencemaran udara yang merampas hak masyarakat Sumatera Selatan atas udara yang baik dan sehat.
Walhi Sumsel mencatat, berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) IQAir kualitas udara di kota Palembang berstatus tidak sehat atau konsentrasi udara PM2.5 di Palembang saat ini 18.2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Berdasarkan data infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Juni dan Juli 2023 penderita penyakit ISPA sebanyak 79.400 jiwa.
“Bencana ekologis kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan atau karhutla yang merampas hak masyarakat Sumatera Selatan atas udara yang baik dan sehat,” kata Yuliusman. (maspril aries)