Songket Milik Malaysia, Bagaimana Songket Palembang?

Budaya  
Koleksi kain songket di salah satu pengrajin di kawasan Tangga Buntung. (FOTO : Maspril Aries)

KAKI BUKIT – Dunia melalui United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) resmi menetapkan songket Malaysia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia atau Intangible Cultural Heritage pertengahan Desember 2021.

Pengakuan Unesco terhadap songket jelas menguntungkan Malaysia. Sebenarnya yang mengangkut urusan Intangible Cultural Heritage Indonesia kerap berselisih paham dengan Malaysia. Malaysia saat mempromosikan tagline pariwisatanya “Malaysia Truly Asia” pernah mengklaim Tari Pendet dari Bali, Reog dari Ponorogo, batik, Lagu Rasa Sayange, keris dan wayang adalah produk budaya mereka. Memang kain songket saat itu belum masuk sebagai klaim Malaysia.

Sebelum penetapan oleh Unesco bahwa kain songket berasal dari negeri jiran Malaysia, warga belahan dunia sudah mengakui kain songket itu asalnya dari Indonesia. Ada banyak daerah di Indonesia menghasilkan kain songket, khususnya daerah-daerah di Sumatera dan yang terkenal adalah kain songket Palembang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Selain Indonesia, ternyata kain songket atau songket yang merupakan kain sutra atau katun tenunan tangan dengan pola benang emas atau perak yang indah juga ada di negeri serumpun yakni Malaysia, Brunei, dan Singapura. Nasib songket Palembang yang sudah mendunia bagaimana?

Mungkin sudah nasib bahwa Unesco menyebut songket sebagai kain tenun tangan tradisional Malaysia yang dibuat oleh wanita di Semenanjung Malaya dan Sarawak. Istilah songket sendiri merujuk pada teknik tenun dekoratif yang digunakan untuk membuat kain, yang melibatkan penyisipan benang emas atau perak di antara benang dasar. Sebelum diakui ditetapkan, Malaysia sudah mengajukan songket ke Unesco sejak Maret 2020.

Walau Malaysia sudah ditetapkan sebagai negeri pemilik muasal kain songket, Palembang atau Sumatera Selatan (Sumsel) tidak akan mempersoalkannya. Menurut Kepala Dinas Perindustrian Sumsel Ernila Rizar, pemerintah daerah terus membina perajin songket di daerahnya.

Songket boleh disebut berasal dari Malaysia, namun ternyata peminat kain songket tetap banyak, bahkan yang datang bukan hanya dari daerah lain di luar Sumsel, banyak juga pembeli dan pemesan yang datang dari Malaysia seperti diakui pedagang kain songket di Pasar 16 Ilir Baru di komplek Ilir Barat Permai dan di kawasan Tangga Buntung.

Kain songket di Sumatera selain songket Palembang juga ada songket dari ranah Minangkabau yang dikenal dengan kain songket Pandai Sikek atau songket Melayu Riau. Juga ada kain songket Jambi dan Melayu Medan.

Songket adalah hasil dari menenun benang sehingga menghasilkan kain. Kain dari hasil menenun inilah yang disebut songket. Syahdan menurut kisah yang berkembang di daerah sentra songket, berawal dari menyungkit yang artinya menyulam dengan benang emas.

Songket termasuk jenis kain tentunan tradisional Melayu dan ada yang menggolongkannya dalam rumpun tenun brokat. Ada yang menyebutkan kata “songket” berasal dari istilah sungkit dalam dalam bahasa Melayu yang berarti “mengait” atau “mencungkil.” Karena kain tenun jenis songket dibuat pengrajin dengan metode mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas atau perak.

Songket ditenun dengan tangan, menurut pedagang kain songket ada juga songket yang dibuat dengan mesin. Songket yang ditenun dengan tangan itu menggunakan benang emas atau perak. Benang-benang berkilau yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang dan indah. Songket itu memiliki motif-motif tradisional yang menjadi diri khas budaya wilayah dimana songket itu dihasilkan. Motif songket Palembang tidak akan sama dengan motif songket Melayu Riau.

Para pengrajin sedang menenun kain songket dengan cara manual. (FOTO : Maspril Aries)

Mengutip John Summerfield dan Susan Rodgers dalam Gold Cloths of Sumatra: Indonesia's Songkets from Ceremony to Commodity,” (2007), bahwa tenun songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau.

Songket adalah salah satu adalah salah satu jenis dari kekayaan kain tenun Indonesia atau nusantara. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki kain tenun dengan mootif dan corak yang beragam penuh kandungan makna budaya. Kain tenun adalah salah satu bagian dari budaya Indonesia sekaligus bagian dari fashion Indonesia.

Diantara kekayaan kain tenun Indonesia, di Aceh ada kain Ija Kasab, Sumatera Utara ada Ulos, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan memiliki kain tenun songket dan Lampung dikenal dengan kain tapis. Demikian juga dengan daerah lain di Jawa, Kalimantan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku memiliki juga kain tenun dengan motif dan coraknya masing-masing.

Di daerah-daerah tersebut kain tenun tidak hanya dibuat untuk keperluan sandang semata. Ada kain tenun yang disimpan sebagai benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Di Palembang ada kain songket yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Atau menjadi alat barter juga digunakan sebagai mata uang dan digunakan pada upacara-upacara adat. Di Papua yang tidak mengenal tradisi menenun untuk alat pembayaran pernah menggunakan sobekan kain tenun dari Timor.

Kain songket Palembang memiliki karakteristik kaku dan cenderung berat, tentu harganya juga mahal. Gemerlap warna dan kilauan emas yang terpancar pada songket memberikan nilai tersendiri dan menunjukkan sebuah kebesaran dan keagungan dari orang yang membuatnya. Tak perlu kaget jika harganya berkisar ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Walau harganya mahal kain songket Palembang tetap dicari. Rasanya hampa jika berkunjung ke Palembang belum membeli kain songket. (maspril aries)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image