Selamat Jalan Hilman Lupus Teman Bacaan Ortu Anak Milenial

Literasi  
Hilman "Lupus" Hariwijaya bersam Gol A Gong dan penulis lainnya. (FOTO : Koleksi Gol A Gong)

KAKI BUKIT – Kabar duka selalu datang lebih cepat melalui media sosial, belum sempat mengklik media online dari grup WA sudah lebih dulu hadir kabar duka cita meninggalnya penulis, novelis Hilman Hariwijaya.

Kabar duka itu menyebutkan penulis serial novel Lupus dan Olga tersebut meninggal dunia pada Rabu, 9 Maret 2022. Pesan yang beredar, “Innalillahi wainnaillahi rojiun. Telah berpulang Hilman Hariwijaya, Rabu, 9 Maret 2022 pukul 08.02 WIB. Mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya untuk almarhum.”

Salah seorang sahabatnya penulis dan novelis Gol A Gong menulis :

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Ya Allah...

Sahabatku di Pengarang Remaja Gramedia banyak yang sudah berpulang kepada -Nya. Dimulai dari Adra P. Daniel, Gustin Suradji, Gusur Adhikarya. Sekarang Hilman Hariwijaya penulis serial Lupus....

Selamat jalan, Bro. Saya tidak bisa datang melayat. Saya sedang berada di selat antara Sumbawa dan Flores. Sebagai Duta Baca Indonesia, mengampanyekan budaya membaca dan menulis sejak 18 Januari, Jawa-Bali-NTB-NTT hingga 10 April. Jalur darat

Lupus -mu akan abadi di hati pembaca.

Ah, sulit mengungkapkan perasaan saya sekarang mengingat kebaikannmu yang tulus sederhana.”

Ya Lupus memang akan terus abadi di hati pembacanya, khususnya orang tua (ortu) yang sekarang anaknya menjadi generasi milenial. Mungkin saja mereka anak milenial ada yang tidak tahu tokoh Lupus atau sang penulis Hilman Hariwijaya. Maafkan mereka, tapi ortu mereka tahu.

Hilman bersama novel serial Lupus-nya adalah novel atau sastra remaja pada masanya dan sejak saat itu sudah menggerakkan apa yang sekarang dinamakan literasi dan juga teenlit (novel remaja). Saat istilah “literasi” belum dikenal pada tahun 1980 dan 1990-an, saat istilah teenlit belum ada di ranah sastra Indonesia, Hilman Hariwijaya dan kawan-kawan bersama serial Lupus telah menjadi media dalam meningkatkan budaya literasi dan minat baca remaja masa itu yang dulu belum termasuk generasi milenial.

Sastra remaja atau teenlit yang lahir pada pertengahan 1980-an dengan ditandai munculnya novel remaja, salah satunya novel remaja yang ditulis Hilman Hariwijaya berjudul “Tangkaplah Daku Kau Kujitak” dan novel ini laris di pasaran karena zaman itu belum ada e-book atau jaringan digital dan internet.

Novel yang terbit pada 1986 tersebut berkisah tentang seorang remaja laki-laki SMA bernama Lupus dalam menjalani hari-harinya. Setelah itu lahirlah serial novel Lupus berikutnya, buku keduanya berjudul “Cinta Olimpiade‟ yang beredar pada Februari 1987.

Novel serial Lupus hadir pada masanya sebagai novel remaja yang berkualitas, bercerita khas tentang remaja pada eranya demikian pula dengan gaya penulisan yang bertutur dan ringan dan dengan bahasa yang santai khas remaja atau bahasa gaul. Novel tersebut masuk dalam tas sekolah bersama buku pelajaran dan beredar di ruang kelas dibaca bergantian.

Hilman menulis dengan gaya bertutur seorang Lupus yang mudah diapresiasi namun tetap berkualitas. Tokoh Lupus digambarkan sebagai anak sekolahan anti hero, Hilman tidak menggambarkan Lupus sebagai sosok seorang idola yang ideal sebagai seorang remaja yang rajin, tampan, alim maupun pintar dan kaya bawa mobil mengkilat.

Hilman Hariwijaya (FOTO : Instagram/@thehilmanhariwijaya)

Lupus adalah tokoh bersahaja dan terkadang konyol sama seperti remaja pada umumnya, Lupus juga tidak terlepas dari berbuat salah. Lupus tokoh yang tidak menggurui menjadi idola para remaja saat itu yang tengah berada dalam masa masa pencarian jati diri.

Saking larisnya, novel “Tangkaplah Daku Kau Kujitak” pada 1987 diadaptasi ke layar perak. Lalu lahirlah film berjudul “Lupus (Tangkaplah Daku Kau Kujitak)” yang dibintangi Ryan Hidayat sebagai Lupus, Nurul Arifin, Agyl Shahriar, Septian Dwicahyo, Andreas Pancarian. Hilman sendiri menjadi bagian tim penulis skenario. Film ini juga “meledak” di bioskop.

Lalu menyusul serial film Lupus lainnya, “Lupus II (Mahluk Manis dalam Bis)” (1987), “Lupus III (Topi-topi Centil)” (1989), “Lupus IV (Anak Mami Sudah Besar)” (1990), “Lupus V (Ich... Serem)” (1991) dan “Bangun Lagi Dong Lupus” (2013). Juga ada satu film berjudul “Olga dan Sepatu Roda” (1991) yang diadaptasi dari novel karya Hilman Hariwijaya dengan diperankan Deasy Ratnasari sebagai Olga.

Khusus novel serial Lupus mengalami cetak ulang berulang kali, diperkirakan serial tersebut sudah terbit lebih dari satu juta eksemplar. Novel yang ditulis Hilman ceritanya dekat dengam realitas zaman dan mampu merekam kehidupan remaja atau anak muda pada era 80-an dan 1990-an.

Lupus adalah novel populer Indonesia era 1980-an. Sebelumnya sudah banyak novel populer Indonesia disukai pembacanya sejak era tahun 1970-an. Pada masa ini ada penulis novel populer seperti Motinggo Boesje, Abdullah Harahap, Eddy D Iskandar yang populer dengan novel Cowok Komersil, Gita Cinta dari SMA, Sok Nyentrik dan Cewek Komersil. Teguh Esha dengan novel serial Ali Topan Anak Jalanan, Ashadi Siregar dengan novel Cinta ku di Kampus Biru, Kugapai Cintaimu. Marga T dengan novel Karmila, Ike Soepomo novel Kabut Sutra Ungu dan Kembang Padang Kelabu. Lalu ada La Rose novel Ditelan Kenyataan, dan Yudhistra novel Arjuna Mencari Cinta.

Novel-novel tersebut juga diadaptasi ke dalam film layar lebar, tampil di biskop dan penontonnya juga ramai, sementara novelnya juga laris di pasaran. Penerbitan novel pada masa itu sangat masif karena memang novel yang menjadi hiburan pengisi waktu senggang selain film. Zaman itu belum ada media sosial, youtube, podcast dan sejenisnya.

Pada era 1980-an muncul penulis novel Hilman Hariwijaya dengan serial Lupus, Zara Zettira dan Gol A Gong yang terkenal dengan novel Balada si Roy. Para penulis novel masa ini adalah memang anak muda atau remaja pada itu. Memasuki era tahun 1990-an novel-novel populer Indonesia termasuk novel remaja seperti mulai terlupakan karena kalah bersaing dengan kehadiran stasiun televisi swasta.

Novel-novel populer Indonesia era Hilman Hariwijaya dan kawan-kawan adalah pengarang berusia muda sekaligus bagian dari kehidupan anak muda. Demikian juga dengan tema cerita dekat kehidupan anak muda, gaya bahasa yang ringan atau bahasa gaul dengan dialog menggunakan idiom-idom yang digunakan anak muda pada zamannya. Sekaligus novel-novel mereka terkait dengan realitas sosial dan problematika kehidupan anak muda masa itu.

Mengutip Muhamad Adji dalam buku “Budaya Anak Muda Pada Sastra Populer,” selain mampu merepresentasikan zamannya, novel populer juga memiliki efek sosiologis yang besar terhadap pembaca. Efek sosiologis tersebut dapat ditandai dengan lahirnya ikon sosial anak muda yang dibangun dari imaji tokoh dalam novel. Tokoh-tokoh tersebut menjadi representasi anak muda pada zaman tersebut, sekaligus juga di saat yang bersamaan membangun imaji tentang sosok anak muda yang ideal.

Pada tahun ‘70-an, sosok imaji anak muda yang terbangun adalah sosok remaja gondrong, tampan, berambut gondrong, dan pemberontak, seperti yang terepresentasi pada tokoh Ali Topan. Tahun ’80-’90-an, sosok anak muda yang lucu, santai, easy going, cukup pintar tapi juga tidak terlalu jenius, pandai berteman dan juga pandai ngocol seperti yang terepresentasi pada tokoh Lupus.

Hari ini, Rabu, 9 Maret 2022 sang penulis sudah pergi. Selamat jalan ke haribaan Illahi Hilman “Lupus” Hariwijaya. Seperti ditulis Gol A Gong, “Lupus -mu akan abadi di hati pembaca.” (maspril aries)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image