Budaya

Menganalisis Oscar 2023 dari Beragam Sudut

# Piala Oscar Hingga Representasi Asia

Pemain dan kru Everything Everywhere All at Once menerima penghargaan untuk film terbaik, Senin (13/3/2023), di Dolby Theatre, Los Angeles, AS. (FOTO : AP Photo/Chris Pizzello)

KAKI BUKIT – Dalam kalendar industri perfilman Hollywood, awal tahun biasanya ditandai dengan sejumlah malam penganugerahan untuk film-film yang dirilis sepanjang tahun 2022. Biasanya momentum ini mulai ditandai dengan penganugerahan Golden Globes pada bulan Januari dan ditutup dengan Academy Awards atau yang lebih dikenal sebagai Piala Oscar pada bulan Februari-Maret.

Tahun ini ajang Piala Oscar didominasi oleh berbagai wajah baru dalam daftar nominasi, khususnya yang memiliki garis keturunan Asia. Variasi film yang dinominasikan juga sangat beragam, mulai dari film sekuel blockbuster semacam Avatar: Way of The Water dan Top Gun: Maverick hingga film indie semacam Everything Everywhere All at Once dan The Whale, serta film asing semacam All Quiet on The Western Front dan RRR.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Film indie Everything, Everywhere, All at Once (EEAAO) yang memimpin nominasi dengan 11 nominasi akhirnya membawa pulang 7 Piala Oscar, termasuk untuk kategori Film Terbaik.

Berikut beberapa pembahasan terkait makna kemenangan dan detil menarik tentang malam puncak penganugerahan film 2022 ini.

Status Oscar Hingga Representasi Asia

Bertahun-tahun ajang Academy Awards atau Oscar dikritisi karena memberi penghargaan hanya untuk film-film Hollywood dan didominasi oleh orang kulit putih. Perlu diingat bahwa awal mulanya ajang ini memang ditujukan untuk film buatan Amerika Serikat. Sutradara Korea Bong Joon-Ho sempat menyindir bahwa Oscar lebih tergolong sebagai ajang penghargaan lokal, ketimbang festival film internasional semacam Cannes atau Berlinale.

Namun, seiring waktu bermunculan film-film asing dan film lokal dengan jajaran pemain non kulit putih yang dianugerahi Piala Oscar. Tak terbatas pada kategori Film Asing terbaik, yang kini berganti nama menjadi Film Internasional Terbaik, film dari berbagai belahan dunia turut berkompetisi dalam berbagai kategori, termasuk film-film dari Asia. Parasite (2019) menjadi contoh film Asia yang sukses memenangkan banyak penghargaan baru-baru ini.

Terlepas dari status sebagai “ajang penghargaan lokal”, tak dapat dipungkiri Oscar masih memiliki pengaruh signifikan di dunia perfilman. Meski jumlah penonton ajang penghargaan ini terus menurun dari tahun ke tahun hingga beberapa kontroversi yang menjerat pelaksanaanya, hingga kini nama Oscar masih menjadi salah satu faktor penting dalam menarik minat calon penonton.

Sejumlah film yang tidak memperoleh laba signifikan ketika pertama rilis mampu meningkatkan pendapatan mereka melalui rilis ulang di bioskop dengan menyertakan embel-embel “nominasi atau pemenang Oscar” pada poster dan sinopsisnya. Di zaman digital saat ini calon penonton mungkin tertarik untuk streaming sebuah film berkat eksposur di media sosial dan status sebagai film bergengsi. Oscar kini menjadi batu loncatan dalam marketing film modern.

Penyelenggara dan Organisasi Academy of Motion Pictures Arts & Sciences (AMPAS) yang menaungi penghargaan Oscar tidak menutup mata dengan persepsi ini. Kritikan semacam kurangnya representasi film populer hingga diversifikasi nominator menjadi perhatian panitia Oscar. Mereka mencoba mengikutsertakan berbagai jenis film terlepas dari genre, status hingga siapa yang membuatnya.

Untuk Oscars 2023 terdapat dua sekuel film populer/blockbuster yang masuk nominasi film terbaik. Sementara itu, empat orang yang merepresentasikan warga Asia atau keturunan Asia Amerika menorehkan sejarah dinominasikan dalam mayoritas kategori akting di tahun yang sama. Nama-nama seperti Michelle Yeoh, Ke Huy Quan, Stephanie Hsu dan dan Hong Chau pertama kalinya mendapat nominasi Oscar.

Representasi Asia juga terlihat di luar kategori akting. Individu seperti Daniel Kwan (sutradara, skenario), Jonathan Wang (Produser), Domee Shi (Animasi), Shirley Kurata (Kostum), Judy Chin (Makeup), Kazuo Ishiguro (Skenario), Shaunak Sen (Dokumenter), Kartiki Gonsalves (Dokumenter Pendek), hingga M.M Keeravaani (Lagu) masing-masing mendapat nominasi. Sebagian diantaranya bahkan berhasil dimenangkan. Secara geografis nama-nama di atas merepresentasikan jangkauan negara-negara yang luas meliputi Tiongkok, Jepang, India, hingga Malaysia.

Berita Terkait

Image

Killers of The Flower Moon: Sebuah Ulasan Buku ( Film) (Bagian 1)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA