Kanada dan Amerika Serikat ada Karhutla, di Indonesia Sudah Sejak Zaman Kolonial (Bagian 1)

Lingkungan  
Patung Liberty yang diselimuti langit berkabut difoto dari Staten Island Ferry di New York, Kamis (8/6/2023) WIB (FOTO : AP/ Yuki Iwamura)

KAKI BUKIT – Kanada kini tengah dilanda kebakaran hutan dan lahan. Di Indonesia kerap disebut karhutla. Karhutla di Kanada tersebut memicu terjadinya kabut asap, sama seperti di Indonesia jika musim kemarau tiba dan karhutla datang melanda maka kabut asap atau jerebu akan menutup angkasa Pulau Sumatera dan Kalimantan, asapnya pun akan menyebrang sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Di Kanada juga sama, kebakaran hutan yang luasnya mencapai 3,8 juta hektare telah menimbulkan kabut asap yang bergerak dari Kanada menuju perbatasan sebelah utara Amerika Serikat (AS). Karhutla tersebut memaksa 120.000 warga mengungsi dari rumahnya akibat musim panas ekstrem dan karhulta yang lebih awal dari perkiraan.

Di Quebec terjadi sebanyak 150 kebakaran yang mengakibatkan lebih dari 150.000 warga di provinsi itu terpaksa dievakuasi. Ini merupakan catatan terburuk karhutla yang pernah terjadi di Quebec.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kota yang terdampak karhutla yang melanda Kanada tersebut adalah New York. Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan, meminta warganya mengenakan masker N95 saat berada di luar ruangan, pemerintah di sana juga mendistribusikan satu juta masker kepada warganya.

Di Indonesia kebakaran hutan yang kemudian ditambah dengan kebakaran lahan, agar praktis ditulis menjadi “karhutla” berdasarkan sejarahnya sudah ada dan terjadi zaman kolonial. Pemerintahan Hindia Belanda sudah menerbitkan beberapa aturan (ordonansi) menyangkut kebakaran hutan. Seperti Ordonansi Hutan untuk Jawa dan madura tahun 1927, Provinciale Bosverordening Midden Java, dan Rijkblad-Soerakarta Ongko 11 (tahun 1939).

Kemudian pada masa Kemerdekaan ada lima peristiwa kebakaran hutan dalam skala besar terjadi di Indonesoa. Menurut MR Bowen dan kawan-kawan dalam, “Anthropogenic fires in Indonesia, a viem from Sumatra” (2001), periode tersebut mulai tahun 1982-1983, 1987, 1991, 1994, 1997-1998 yang terjadi pada saat periode gelombang panas (El-Nino).

Karhutla yang terjadi tahun 1982-1983 akibat kemarau panjang yang menjadi pemicu kebakaran besar di Kalimantan Timur membakar hutan seluas 3,2 juta hekatare dengan kerugian mencapai Rp6 triliun.

Tahun 1987 terjadi karhutla yang besar. Menurut data yang dikeluarkan pemerintah, tercata 66.000 Ha terbakar. Menurut Bowen, pada kenyataannya kemungkinan luas hutan dan lahan yang terbakar sepuluh kali lebih luas dari data resmi tersebut. Kebakaran terjadi menyebar mulai dari Sumatera bagian barat, Kalimantan sampai Timor sebelah timur.

Menyusul kebakaran hutan tahun 1991 pada lokasi-lokasi yang hampir sama dengan kebakaran pada tahun 1987. Data resmi yang dirilis pemerintah menyebutkan terbakarnya 500.000 Ha dengan laporan terjadinya asap pada skala lokal.

Tiga tahun kemudian tahun 1994 terjadi kemarau panjang yang melanda Indonesia, tercatat terjadi kebakaran besar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bappenas mencatat terjadinya kebakaran hutan dengan luasan lebih dari 5 juta hektare. Dampak karhutla ini memicu kabut asap yang terbang sampai ke Malaysia dan Singapura. (maspril aries)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image