Literasi

Singa Betina Parlemen, Biografi Perempuan Pertama Ketua Par

Peluncuran buku biografi "RA Anita Noeringhati Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya" (FOTO : Maspril Aries)

KAKI BUKITTak banyak ketua parlemen atau Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia dipimpin seorang perempuan. Salah satu diantaranya adalah RA Anita Noeringhati yang menjabat Ketua DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) perioder 2019 – 2024.

Anita Noeringhati yang lahir dan besar di Klaten dan Yogyakarta, sebelum masuk ke parlemen menjadi anggota DPRD Sumsel pada 2009 adalah seorang pengacara atau advokat perempuan yang sangat dikenal di Palembang atau Sumsel.

Jumat malam (28/7/2023) bersamaan dengan perayaan HUT ke-60 Anita Noeringhati meluncurkan buku birografi yang diberi judul “Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya” ditulis Abdul Malik Syafei berlangsung meriah di sebuah hotel berbintang di Jalan Demang Lebardaun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Yang istimewa pada peluncuran buku birografi setebal 140 halaman tersebut adalah kehadiran politisi senior Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono yang kini juga menjabat Dewan Pertimbangan Presiden 2019 – 2024.

Mengikuti jejak perjalanan perempuan kelahiran 28 Juli 1963, dominan berada pada lintasan yang bersentuhan dengan dunia hukum dan politik. Buku “Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya” berisi perjalanan hidup perempuan keturunan trah Mangkunegaran dibagi menjadi lima bab. Bab pertama Kehidupan RA Anita; Bab dua Advokat Terjun Politik; Bab tiga Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya; Bab empat Kiprah dan Peran RA Anita; Bab lima Tentang RA Anita.

Anita Noeringhati yang juga menjadi Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Sumsel, selain menjadi perempuan yang menjabat Ketua DPRD Provinsi Sumsel pertema sejak parlemen ini terbentu di daerah berjuluk “Bumi Sriwijaya,” juga politisi perempuan yang sangat gigih memperjuangkan affirmative action di parlemen khususnya di daerah.

Melalui KPPI Anita memperjuangkan affirmative action untuk kuota 30 persen di parlemen. Anita terus memberikan motivasi tentang perlunya perempuan terjun ke politik. Istri dari Sigit Wibowo (mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel) terus berjuang bahwa politik itu bukan hanya dunia milik kaum laki-laki. Dalam buku birografi ini ia pun berbagi kiat bagaimana dirinya bisa ada di parlemen DPRD Sumsel dari daerah pemilihan Kota Palembang selama tiga periode.

Sebagai anggota DPRD Sumsel dari Partai Golkar, Anita Noeringhati juga memperjuangkan hak-hak perempuan dalam hal kesetaraan dan kemandirian. Kalau diajak bincang-bincang tentang perempuan, ibu dari dua anak ini (Aryuda Perdana Kusuma dan Ardhia Putri Kusuma) adalah nara sumber yang paling siap.

Kepedulian Anita terhadap kaumnya (perempuan) dibuktikan dengan kerap menjadi nara sumber pilihan pada acara “Trijaya Prime Topic” Radio Trijaya FM Palembang dengan host Maspril Aries.

Ada satu momen yang menarik bagaimana agar isu perempuan menjadi topik bahasan di parlemen adalah dengan mengumpulkan jurnalis atau wartawan perempuan pada sebuah kafe atau restoran yang ada di kawasan Palembang Trade Centre (PTC). Dari pertemuan ini lahirlah wadah yang bernama Forum Jurnalis Kartini Sumatera Selatan (FJKSS).

Dua momen tersebut tidak tertulis dalam buku biografi yang terbit perdana Juni 2023. Jika membandingkan buku biografi yang banyak terbit dalam dunia perbukuan maka buku “Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya” adalah buku biografi mini karena tidak banyak momen kehidupan dari sang tokoh tertuang dalam buku ini.

Buku ini ditulis dengan gaya penulisannya layaknya sebuah reportase jurnalistik dan luput menuangkan momen-momen kecil dari sang tokoh, seperti pada masa-masa awalnya sebagai pengacara. Pada tahun 1993 saat menjadi pengacara di kota Lubuklinggau (sekitar 300 km dari Palembang), Anita Noeringhati adalah adalah advokat yang tampil stylish.

Tahun 1994 di Pengadilan Negeri (PN) Lubuklinggau, Anita Noeringhati sudah menggunakan mobile telephone bukan telepon sesuler (ponsel) seperti yang ada sekarang ini. Saat itu Anita menerima panggilan telepon yang dijawabnya dari gagang telepon tipe rumah model wireless. Jika sekarang sudah disebut kepo. Naluri jurnalisme saya mendorong untuk bertanya, “Ini telepon wireless, bagaimana bisa nyambung menerima panggilan?”

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA