Komunikasi Virtual Dunia Pendidikan Pasca Covid-19
Oleh : Putri Citra Hati, M.Sos. (Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UIN Raden Fatah Palembang)
Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kita berinteraksi, merayakan, dan mempertahankan warisan budaya. Komunikasi budaya, yang mencakup cara komunitas berbagi nilai-nilai, tradisi, dan identitas mereka, mengalami evolusi signifikan sejak dimulainya pandemi. Selama pandemi Covid-19, khususnya mahasiswa menghadapi tantangan besar dalam menjaga komunikasi dan koneksi dengan teman, dosen, dan kegiatan kampus. Untuk mengatasi ini, mereka beralih ke komunikasi virtual sebagai solusi utama. Kuliah daring menjadi norma baru, dilaksanakan melalui platform seperti Zoom, Google Meet, atau Microsoft Teams. Ini tidak hanya memungkinkan mahasiswa mengikuti kuliah, tetapi juga berinteraksi dengan dosen dan rekan satu kelas melalui obrolan dan diskusi.
Di UIN Raden Fatah Palembang sendiri, sudah membuka media pembelajaran berbasis virtual, berupa e-learning dan bimbingan online. Ragam aplikasi lain yang menunjang pembelajaran secara virtual, juga dikembangkan, tetapi tidak menghilangkan esensi pembelajaran yang ada. Selain itu, grup chat di WhatsApp, Telegram, atau platform pesan lainnya menjadi sarana penting untuk diskusi sehari-hari, koordinasi proyek, dan organisasi mahasiswa. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter juga dimanfaatkan untuk berbagi informasi, mengadakan acara, dan memperluas jejaring dan pembelajaran yang ada.
Untuk pembelajaran, platform seperti Moodle, Blackboard, atau Canvas digunakan untuk mengakses materi kuliah, mengumpulkan tugas, dan berinteraksi dengan materi pembelajaran. Mahasiswa juga menghadiri webinar dan seminar virtual yang diselenggarakan oleh universitas atau organisasi mahasiswa untuk mendalami topik tertentu dan berdiskusi dengan ahli di bidangnya. Kolaborasi dalam menulis tugas kelompok atau proyek dilakukan melalui Google Drive atau Microsoft OneDrive, memfasilitasi kerja sama secara online. Komunitas online juga menjadi tempat untuk bergabung dalam forum atau grup terkait bidang studi atau minat tertentu, memungkinkan berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Sementara itu, untuk menjaga kebersamaan dan kesehatan mental, mahasiswa mengadakan sesi hangout virtual menggunakan platform seperti Discord atau aplikasi lainnya. Selain itu, komunikasi resmi antara mahasiswa dan dosen, serta antar organisasi mahasiswa, tetap terjaga melalui email dan surat online. Komunikasi virtual ini tidak hanya sebagai alat untuk belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk mempertahankan sosial dan kegiatan akademik di tengah pembatasan fisik yang ketat selama pandemi.
Peran Media dan Teknologi
Media dan teknologi telah menjadi tulang punggung dalam mendukung komunikasi budaya di era pandemi. Platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan YouTube tidak hanya digunakan untuk mempromosikan acara-acara budaya, tetapi juga untuk menghubungkan seniman dan penggemar dari seluruh dunia. Aplikasi konferensi video seperti Zoom atau Google Meet telah menjadi sarana penting untuk kolaborasi seni, lokakarya, dan diskusi budaya. Teknologi juga memungkinkan kreativitas baru dalam pengembangan konten budaya. Misalnya, seniman dapat menggunakan platform digital untuk menciptakan karya yang merespons pengalaman pribadi mereka selama pandemi, atau untuk memvisualisasikan warisan budaya yang mungkin terancam.