Budaya

Perjalanan Lokananta dari Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi (Bagian 2 - Habis)

Pengunjung melihat display instalasi koleksi di Museum Lokananta, Solo, Jawa Tengah. (FOTO : Antara/ Mohammad Ayudha).

KAKI BUKIT – Lokananta adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama milik negara berdiri 29 Oktober 1956 dan berlokasi di Surakarta-Solo, Jawa Tengah.

Lokananta yang beralamat di Jalan Ahmad Yani, Surakarta pada 1961 ditetapkan secara resmi sebagai Perusahaan Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.125/1961. Pada masa Orde Lama, Lokananta adalah label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah, pertunjukan kesenian, juga penerbitan buku dan majalah.

Pada masa Orde Baru hingga akhir 80-an adalah masa keemasan Lokananta. Lokananta yang biasa merekam lagu dalam bentuk kepingan piringan hitam (PH) kemudian beralih format dari medium PH ke kaset, itu terjadi tahun 1971. Setiap bulan Lokananta mampu melepas 100.000 keping kaset ke pasar.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tahun 1984 Lokananta mendapatkan keuntungan sebesar Rp98 juta dari hasil produksi penjualan. Seiring maraknya pembajakan kaset di tanah air, kinerja Lokananta terkena imbasnya, produksi kasetnya turun drastis.

Pada tahun 1990 dari produksi 400.000 keping kaset yang diedarkan, hanya sekitar 300.000-an yang terjual.

Tahun 1985 Menteri Penerangan Harmoko, meresmikan studio Lokananta yang memiliki 375 meter persegi. Kini Lokananta bisa menggelar rekaman musik live dengan tata akustik ruangan yang mumpuni. Lokananta sebagai sebuah perusahaan rekaman memiliki peralatan produksi yang sangat lengkap.

Tahun 1991 semakin parah. Lokananta memproduksi 5000 kaset yang terjual hanya 700 kaset. Kondisi bisnis Lokananta terus memburuk dan pada 1997 Lokananta dinyatakan pailit dan dibubarkan oleh Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2001 tanggal 18 Mei 2001.

Tahun 1999 masa berganti dari Orde Baru ke era reformasi. Peralihan kekuasaan politik di Indonesia menandai menjadi tahun kejatuhan Lokananta. Presiden Gus Dur pada masa reformasi membubarkan Departemen Penerangan (Deppen) yang selama ini menaungi Lokanata.

Pembubaran Deppen menjadi lonceng pengantar kematian Lokananta di dunia industri rekaman Indonesia. Kurun waktu antara tahun 1999 hingga 2000 pada website lokananta mencatat sebagai titik terkelam dalam perjalanan Lokananta, yakni harus berhenti berproduksi.

Sejak dibubarkan tahun 2001, Lokananta berada di bawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Surakarta. Pertengahan tahun 2005 Lokananta berusaha tampil kembali dengan memproduksi lima judul kaset Upacara Pengantin, Ibu Pertiwi, Lumbung Desa, Gambir Sawit, dan Beber Layar yang di-remixing di Australia.

Ada harapan muncul pada tahun 2004. Berdasarkan keputusan Direksi Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Nomor 37/KEP/DIR PNRI/I/10/2004 tanggal 14 Oktober 2004, Lokananta dilikuidasi dan sisa hasil likuidasi ditetapkan sebagai penambahan penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam modal Perum (PNRI).

Sejak saat itu Lokananta kemudian menjadi bagian Perum PNRI dan namanya berubah menjadi Perum PNRI Cabang Surakarta-Lokananta. Lokananta lalu mengembangkan bidang usahanya meliputi multimedia, rekaman (kaset dan CD ROM), remastering, dan pengembangan percetakan dan jasa grafika serta kegiatan di dunia penyiaran (broadcasting).

Perubahan status Lokananta menjadi bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetap belum mampu membuat Lokananta kembali pada zaman keemasan pada masa Orde Baru.

Sejak berdiri tahun 1956 sampai menjadi bagian dari BUMN, tidak banyak yang berubah pada Lokananta, baik pada bangunan fisik hingga peralatannya. Sebagai perusahaan rekaman musik, peralatan dan teknologi rekaman Lokananta tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Banyak peralatan yang digunakan sebelum dinyatakan pailit adalah produksi tahun 80-an.

Sebelum Menteri BUMN Erick Thohir mendorong BUMN PT Danereksa (Persero) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan revitalisasi Lokananta pada November 2022, muncul gerakan yang peduli pada Lokananta, muncul gerakan masif di media sosial dengan tagar #SahabatLokananta dan #SaveLokananta.

Akhirnya Lokananta pun terselamatkan. Revitalisasi Lokananta selain tetap akan berfungsi sebagai dapur rekaman musik, Lokananta juga akan menjadi satu destinasi wisata di Solo khususnya bagi wisatawan yang senang musik atau mereka yang menyenangi sejarah. (maspril aries)

Berita Terkait

Image

Lokananta Lahir dari Keresahan Maladi pada Dominasi Lagu Barat (Bagian 1)

Image

Erick Thohir Selamatkan Arsip Musik Indonesia

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA