Budaya

Lokananta Lahir dari Keresahan Maladi pada Dominasi Lagu Barat (Bagian 1)

Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Lokananta yang telah direvitalisasi. (FOTO : Republika/ Alfian)

KAKI BUKIT – Sejarah Lokananta adalah sejarah musik Indonesia dan sejarah industri musik di Indonesia. Pasca kemerdekaan Indonesia atau sekitar tahun 50-an, stasiun radio yang ada di Indonesia kerap memutar lagu-lagu dari Barat karena memang saat itu stok lagu Indonesia karya anak bangsa masih sedikit.

Tak terkecuali Radio Republik Indonesia (RRI) juga ikut memutar lagu-lagu Barat. Nama-nama musisi dan penyanyi dari Barat seperti Nat King Cole, Frank Sinatra, dan Elvis Presley merajai tangga lagu musik RRI, mereka mengalahkan penyanyi-penyanyi lokal yang lebih dikenal membawakan lagu-lagu daerah.

Dominasi lagu-lagu Barat tersebut menurut penelitian Philip Yampolsky, “Lokananta A Discography of The National Recording Company of Indonesia 1957-1985,” (1987), membuat resah Direktur RRI Jakarta yang saat itu dijabat Maladi resah melihat kenyataan bahwa lagu Barat mendominasi pasar pendengarnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Maladi lalu menginstruksikan kepada 49 jaringan RRI di seluruh Indonesia untuk mengirimkan rekaman lagu daerah masing-masing. Setiap stasiun lokal minimal mengirimkan dua buah lagu. Dalam waktu singkat, RRI memiliki 98 buah lagu daerah dari seluruh pelosok Nusantara. Seluruh koleksi itu akhirnya diperbanyak dalam bentuk piringan hitam dan disebarkan kembali ke seluruh cabang RRI di seluruh Indonesia.

Maladi yang pernah menjabat Menteri Penerangan selama dua periode (Kabinet Kerja I dan Kabinet Kerja II), bersama dua rekannya R. Oetojo Soemowidjojo dan R. Ngabehi Soegoto Soerjodipoero yang menjabat sebagai Kepala Studio dan Kepala Teknik Produksi RRI Surakarta, berinisiatif mendirikan pabrik piringan hitam milik pemerintah.

Pabrik yang menggandakan piringan hitam tersebut awalnya hanya memenuhi kebutuhan siaran RRI. Tepat tanggal 29 Oktober 1956 pukul 10 pagi, pabrik piringan hitam tersebut resmi berdiri di Solo. Setelah master rekaman lagu-lagu daerah terkumpul, rekaman tersebut diperbanyak dalam bentuk piringan hitam dengan nama label “Indra Vox” atau singkatan dari Indonesia Raya Vox.

Pemberian nama label Indra Vox untuk studio rekaman yang berdiri di Solo tersebut membuat Presiden Soekarno tidak dapat menerimanya. Alasannya nama tersebut mengandung unsur asing. Lalu lahirlah nama “Lokananta.”

Nama Lokananta merujuk pada seperangkat gamelan surgawi dalam cerita pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan nada yang indah. Menurut Philip Yampolsky, nama Lokananta diambil dari mitos Jawa yaitu gamelan pertama yang diciptakan oleh dewa bernama Bathara Guru.

Lokananta resmi berdiri dengan nama lengkap Pabrik Piringan Hitam Lokananta Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia di Surakarta. Pada awalnya Lokananta mengemban tugas untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan materi siaran untuk Radio Republik Indonesia dalam bentuk piringan hitam.

Berita Terkait

Image

Perjalanan Lokananta dari Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi (Bagian 2 - Habis)

Image

Erick Thohir Selamatkan Arsip Musik Indonesia

Image

Saya Mau Belajar Jurnalisme Radio

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA