Rasisme Menerpa Sepak Bola Indonesia

Olahraga  
Laga PSM Makassar vs Persija Jakarta diwarnai aksi rasisme yang mengarah kepada pemain PSM.(FOTO : Antara/Aditya Pradana Putra)

KAKI BUKIT – Perbuatan rasisme menerpa sepak bola Indonesia. Sepekan terakhir kasus rasisme menimpa pemain PSM Makassar. Tiga pemain PSM, yaitu Yance Sayuri, Yuran Fernandes, dan Erwin Gutawa, mendapatkan serangan rasial di media sosial setelah laga PSM melawan Persija Jakarta di Stadion GBK pada 3 Juli 2023 yang berakhir imbang 1-1.

Rasisme tersebut terjadi saat kompetisi Liga 1 Indonesia 2023 baru bergulir. Perbuatan rasisme tersebut mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari pelatih Persebaya Aji Santoso. Aji Santoso mengutuk keras tindakan rasisme yang masih terjadi di sepak bola Indonesia.

Perbuatan rasisme tersebut berlanjut ke jalur hukum. Tiga pemain PSM tersebut bersama Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). APPI melaporkan kasus tersebut ke penegak hukum. APPI juga meminta menghentikan sementara kompetisi Liga 1 Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ketua Umum PSSI Erick Thohir pun merespon cepat permintaan APPI tersebut, dan menyatakan setuju untuk menghentikan sementara pelaksanaan kompetisi. Menurutnya, tidak boleh ada diskriminasi dalam sepak bola.

Persetujuan Erick Thohir menghentikan kompetisi sejalan dengan penegasan Presiden FIFA Gianni Infantino yang menyatakan, bahwa ofisial pertandingan punya kuasa untuk menghentikan laga jika ada aksi rasialisme.

“Tidak ada sepak bola jika ada rasisme! Jadi, mari kita hentikan pertandingan. Para wasit memiliki kesempatan ini di kompetisi FIFA karena kami memiliki proses untuk menghentikan pertandingan,” tertulis dan laman resmi FIFA.

FIFA menerbitkan peraturan bahwa wasit bisa memberhentikan pertandingan apabila masih ada unsur rasisme dalam pertandingan. Aturan tersebut pertama kali diterapkan pada ajang Piala Dunia 2018 lalu di Rusia yang suporternya terkenal sering melakukan tindakan rasis.

FIFA selaku induk sepak bola dunia lantas juga bersikap dengan membentuk gugus tugas untuk menangani masalah rasisme. Menurut Gianni Infantino pelaku rasialisme harus dihukum tegas dan dilarang menonton bola langsung di stadion di seluruh dunia.

Sepak bola yang bersifat universal, sepak bola diterima dan disukai masyarakat dunia, namun kerap dijadikan para pendukungnya menjadi ladang diskriminasi atau rasisme, anarkisme, hooliganisme dan fanatisme.

Diskriminasi atau rasisme dalam sepak bola tidak hanya terbatas pada hal warna kulit, melainkan juga menyangkut budaya. Dalam benak suporter atau penonton sepak bola, diskriminasi yang ada adalah terkait dengan suku bangsa mereka sendiri. Bagi mereka identitas ini sangat berakar, dalam sepak bola mereka kerap menganggap imigran dipandang sebagai orang luar atau alien; mereka tidak layak untuk mewakili warna kulit negara yang mengadopsi mereka.

Kasus seperti ini banyak dijumpai pada sepak bola di Eropa. Atau menurut istilah M H Ross dalam “Cultural Contestation in Ehtnic Conflict” (2007), rasisme adalah fenomena yang diwariskan oleh narasi-narasi yang ada di masyarakat.

Perilaku rasisme muncul karena adanya perbedaan mereka yang berasal dari ras atau budaya tertentu merasa mereka lebih sempurna dan mulai mendeskritkan mereka dari ras atau budaya yang berbeda. Rasisme mulai muncul sejak zaman kolonialis, yang menimpa ras atau orang kulit berwarna seperti orang kulit hitam.

Dalam ranah sepak bola perbuatan atau perilaku rasisme merujuk pada regulasi federasi sepak bola dunia FIFA yang tercantum dalam disciplinary code, rasisme didefinisikan sebagai perilaku yang “menyinggung martabat sekelompok orang.”

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image