Literasi

Novel Biografi Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dari Peraih Adinegoro

Buku novel biografi "Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama Indonesia" karya Khairul Jasmi yang telah beredar sejak 1 Agustus 2023. (FOTO : Maspril Aries)

“Sejarah adalah histori atau kisah, bukan ilmu murni. Sejarah adalah kisah, dikisahkan sedemikan rupa seperti film. Ada film yang diangkat dari kisah nyata, novel biografi juga, diangkat dari kisah nyata”.

KAKI BUKIT – Kini ada banyak bertebaran terbit novel biografi yang ditulis penulis atau novelis top Indonesia. Di antara banyak penulis novel biografi tersebut adalah Khairul Jasmi penulis novel dan jurnalis atau wartawan yang kini dan terus bermukim di Ranah Minang. Ada juga penulis novel biografi berangkat dari profesi jurnalis, yaitu Albertheine Endah, Fenty Effendy, Akmal Nasery Basral dan Ahmad Fuadi.

Selain lima penulis tersebut, mungkin masih ada penulis novel biografi yang juga berlatar belakang atau berprofesi sebagai wartawan. Namun Khairul Jasmi adalah pengecualian. Khairul Jasmi adalah penulis novel biografi yang khusus dan komplet, sebagai wartawan pria kelahiran 15 Februari 1963 di Tanah Datar ini juga dikenal sebagai sastrawan dan budayawan Sumatera Barat atau Minangkabau, untuk menjadi penulis dia tidak harus pergi merantau ke ibu kota Jakarta.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Khairul Jasmi yang akrab disapa “KJ” adalah wartawan dengan prestasi yang tidak diragukan lagi kualitas dan kapasitasnya. Sebagai wartawan KJ sudah meraih penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik di negeri ini. KJ sukses meraih Penghargaan Adinegoro sebuah penghargaan yang diberikan terhadap karya jurnalistik terbaiknya yang diberikan tahun 2003 saat dirinya tercatat sebagai wartawan Harian Republika.

Penghargaan Adinogero yang berikan setiap tahun bersamaan dengan Hari Pers Nasional (HPN) tak bedanya dengan Penghargaan Putlizer (Pulitzer Prize) yang diberikan kepada wartawan dan penulis terbaik di Amerika Serikat (AS).

Puncak prestasinya pada karirnya sebagai wartawan adalah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Singgalang yang terbit di Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Sebelumnya ia pernah berkarir sebagai wartawan pada beberapa media massa cetak, diantarnya Harian Republika.

Wajah novel biografi "Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama Indonesia" karya Khairul Jasmi. (FOTO : IG @jasmi.khairul)

Dari tangan peraih Adinegoro tersebut banyak lahir karya sastra dari cerita pendek (cerpen) dan novel juga buku birografi. Khusus novel biografi sudah empat novel biografi yang ditulisnya dan sudah diterbitkan oleh Republika Penerbit. Yaitu, Syekh Sulaiman al-Rasuli, Inyiak Sang Pejuang, Rahmah el Yunusiyyah: Perempuan yang Mendahulu Zaman dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama dari Indonesia sebagai novel biografi terbarunya yang terbit awal Agustus 2023.

Ada beberapa catatan dalam tulisan ini tentang kisah dalam Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang ditulis dan susun bak sebuah kronologis sang tokoh, yang pasti bukan seperti menulis daftar riwayat hidup atau curicullum vitae jika ingin melamar kerja atau nara sumber sebuah seminar.

Buku Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi ditulis KJ berdasarkan kehidupan sang tokoh sejak dari masa kecil, menuntut ilmu di Masjidil Haram dengan banyak guru hingga berkeluarga. Sampai kemudian meninggal dunia di Mekkah. Buku setebal 339 halaman merekam semua itu menarik.

Dikatakan menarik, KJ selalu menulis dan diksi dan pilihan kata beraroma nuansa Ranah Minang nan elok. Di jurnalisme ada genre yang dikenal sebagai jurnalisme sastra, dalam Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang dikelompokan dalam 13 bagian, KJ menulis dengan sentuhan jurnalisme sastra. Buka saja baca pada Bagian I. Hidup di Kampung sampai bagian terakhir atau Bagian XIII. Anak-anak dan cucu.

Membaca buku ini aroma jurnalisme sastra tercium dan terekam pada setiap pilihan kata atau diksi dalam merangkai cerita. Aroma itu sudah ditemukan pada paragraf pertama di Bagian I yang berjudul “Tak Siang Tak Malam” (halaman 3). KJ menulisnya, “Anak bujang bermata bundar itu sudah tak punya siang dan tak punya malam, kecuali menjelang dini hari – saat tubuhnya terbaring dan bertemu mimpi yang segala sesuatunya berakhir sebelum dimulai”. Atau kutipan yang ini, “Ahmad Khatib adalah anak yang ganjil. Jalannya sepi tapi riuh di kepalanya”.

Namanya juga novel biografi, sebagai karya fiksi maka sentuhan sastra adalah jiwa dari buku ini, dan sang tokoh sentral cerita Syekh Ahmad Khatib adalah roh dari sebuah karya yang penulisannya didukung riset ilmiah atau mendatangi langsung lokasi dari benang kisah yang diuntainya dengan kata-kata.

Berita Terkait

Image

Di Thaif: Mi Segera Ada Jual di Sini !!

Image

Mau Tahu Film Biopik, Ayo Nonton Film Buya Hamka (Bagian 2 - Habis)

Image

Palembang Punya Hari Buku pada 21 Agustus

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA