Lingkungan

Indonesia - Norwegia Kerjasama Pengurangan Emisi GRK Sektor Kehutanan


Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang menghadiri penandatanganan MoU mengharapkan agar komitmen kerjasama antara Indonesia dan Norwegia kali ini akan menjadi awal baru setelah kerjasama REDD+ pada tahun 2010 yang tidak dapat dilanjutkan.

“MoU kali ini saya harap dapat mencerminkan pandangan bersama tentang pentingnya fondasi yang kuat berdasarkan kepercayaan, rasa hormat, dan kesetaraan. Menteri Siti Nurbaya telah berbagi komitmen Indonesia dalam mencapai target NDC dalam Perjanjian Paris. Presiden Jokowi juga memiliki keterikatan pribadi pada isu iklim. Jadi dari pihak kami saya percaya komitmen itu ada, dan hari ini kami telah menunjukkan bahwa kami serius tentang hal ini,” katanya.

Menteri LHK Siti Nurbaya dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Espen Barth Eide menanam mangrove di di Desa Sotek, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim.

Tanam Mangrove

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada kunjungan ke Kaltim, Menteri Siti Nurbaya dan Menteri Espen Barth didampingi Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK, Agus Justianto, Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) KLHK, Dyah Murtiningsih, serta para pejabat pimpinan tinggi dari KLHK, BRGM dan Kementerian Kelautan Perikanan.

Menteri Espen Barth Eide usai melakukan penanaman mangrove menyampaikan rasa senang dapat hadir di Desa Sotek, sebagai simbol untuk kerja sama kuat dan solid Indonesia dengan Norwegia. “Kami bangga dan sangat menyukai kerja nyata Pemerintah Indonesia, Presiden Joko Widodo dan Menteri Siti yang fokus dalam agenda penyelamatan lingkungan,” katanya.

Menurut Espen Barth Eide, ekosistem mangrove, serta kawasan hutan pada umumnya memiliki peran yang sangat penting bagi seluruh dunia, sebagai pengendali dampak perubahan iklim dengan menyerap emisi.

Desa Sotek sendiri termasuk salah satu wilayah kerja BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) dalam melakukan percepatan rehabilitasi mangrove. Desa ini berlokasi di Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU. Tahun lalu, luas wilayah yang direhabilitasi mencapai 65 Hektar (ha). Ekosistem hutan mangrove di Desa Sotek merupakan Areal Penggunaan Lain (APL) sehingga rentan mengalami perubahan pemanfaatan.

Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang memiliki kawasan mangrove terluas di dunia. Berdasarkan peta Mangrove Nasional pada tahun 2021, kawasan mangrove di Indonesia mencapai luasan sebesar 3.364.080 juta Ha.

Luasan tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu mangrove lebat seluas 3.121.240 Ha atau 92,78% dari total luasan, kemudian mangrove sedang seluas 188.366 (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (1,62%).

Ekosistem mangrove memiliki fungsi yang sangat penting bagi lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Mangrove memberikan pengetahuan dan kesempatan untuk melihat satwa liar. Mangrove juga dapat tumbuh dekat dengan tempat wisata seperti terumbu karang dan pantai berpasir (IUCN, 2017).

Ekosistem mangrove juga berperan sebagai benteng untuk melindungi pantai dari abrasi, gelombang kuat, badai, dan naiknya permukaan laut (Beck et al., 2019). Mangrove merupakan habitat penting dan tempat berkembang biak ikan dan satwa lainnya.

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif untuk menangkap, menyerap, dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer (blue carbon). Mangrove menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil. (maspril aries)

Berita Terkait

Image

HaKI dan Fakta Perhutanan Sosial di Sumsel Berkembang Signifikan

Image

Kabar Gembira, Telah Lahir Seekor Anak Badak Sumatera di TNWK

Image

Guru Besar Fisip Unila : Birokrasi Belum Mampu Merespon Isu Strategis Perubahan Iklim

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA