Politik

Ken Akamatsu dari Mangaka ke Parlemen Jepang dan G7


Komikus Ken Akamatsu. (FOTO : wikipedia.org)

Dia terpilih sebagai anggota Majelis Tinggi Parlemen untuk masa jabatan enam tahun. Setelah dilantik sebagai anggota parlemen, Akamatsu mencoba fokus membahas isu-isu yang berkaitan dengan preservasi dan pengarsipan karya-karya semacam gim video dan komik lawas Jepang yang sudah tidak diterbitkan lagi atau kini sulit diperoleh.

Di sela kesibukannya dia juga tetap mendukung industri perkomikan termasuk kreasi fans dengan berpartisipasi dalam eksibisi atau event doujin lokal. Melalui media sosialnya, Akamatsu tergolong aktif dan transparan menyampaikan rangkaian kegiatan hingga program kerjanya kepada khalayak umum termasuk para penggemarnya semasa menjadi mangaka.

Dengan menggunakan latar belakangnya sebagai mangaka, Ken Akamatsu kerap mengunggah gambar komik yang menceritakan kesehariannya. Mulai dari kegiatannya sebagai anggota parlemen, rencana proposal yang tengah digodok, informasi menarik terkait mekanisme kerja Parlemen, dan lain-lain.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menyambut pertemuan puncak negara maju G7 atau KTT yang akan diikuti Kepala Negara anggota G7 –Presiden Joko Widodo juga diundang – berlangsung di Hiroshima pada 21 Mei 2023, Akamatsu dan anggota parlemen lain bertatap muka dan berdiskusi dengan diplomat dan duta besar negara-negara G7.

Dalam kunjungan kerjanya, Akamatsu menyempatkan diri memberi suvenir unik berupa potret kepala negara yang dilukisnya kepada perwakilan negara G7. Interaksi ini turut diunggahnya ke media sosial.

Meski baru menjabat selama kurang lebih setahun, Ken Akamatsu cukup menikmati kesibukannya sebagai anggota parlemen Jepang. Masyarakat umum hingga pengamat menantikan sepak terjang mangaka yang telah berkecimpung selama tiga dekade di dunia perkomikan Jepang ini.

Tantangan dan isu baru mulai bermunculan, salah satunya terkait kecerdasan buatan atau AI. Etika pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI) dalam produksi karya seni mulai menjadi sorotan. Banyak pelukis dan komikus yang merasa dirugikan dengan kehadiran AI karena untuk melatih kecerdasan buatan diperlukan input data berupa hasil karya lukisan atau ilustrasi yang selanjutnya diolah dan diimitasi oleh AI dalam hitungan menit atau bahkan detik.

Banyak karya seni yang digunakan untuk melatih AI tidak meminta izin atau persetujuan dari seniman dan pemilik hak cipta. Selain itu, terdapat sejumlah pihak tidak bertanggung jawab yang menggunakan karya buatan AI demi memperoleh profit atau berbohong dengan mengklaim sebagai seniman sungguhan.

Ken Akamatsu dan beberapa anggota parlemen lain mulai melontarkan ide ide dan diskusi terkait AI dengan penggiat seni Jepang. Terdapat wacana untuk memperkenalkan panduan khusus penggunaan AI di industri kreatif Jepang. Namun sayangnya hingga kini belum ada kemajuan terkait wacana tersebut di Parlemen Diet Nasional Jepang.

Perhatian Akamatsu sendiri terkesan terbagi antara tanggung jawabnya sebagai anggota partai dan parlemen, advokasinya terhadap perlindungan hak cipta mangaka, dan minatnya dalam inovasi dan perkembangan teknologi. Akan menarik melihat langkah apa yang akhirnya bakal diambil Ken Akamatsu dan koleganya di parlemen untuk menjawab isu ini. (muhammad rifky)

Berita Terkait

Image

7 Kepala Negara G7 Berfoto di Gerbang Torii (Bagian 1)

Image

Pertama Kali Indonesia Diundang ke Pertemuan 7 Negara Kaya di Muka Bumi

Image

Berlayar ke Pulau yang Dipercaya Tempat Tinggal Para Dewa

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA