Lingkungan

Badak Sumatera Beranak Pinak di SRS TNWK

Badak Ratu dan anaknya. (FOTO-FOTO: Humas Kementerian LHK)

KAKI BUKIT – Indonesia dan dunia patut bangga, konservasi badak sumatera yang merupakan salah satu satwa langka di muka bumi bisa berlangsung sukses. Di Suaka Rhino Sumatera (SRS) yang terletak di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Provinsi Lampung sejak tahun 1996 telah sukses menghasilkan lima individu badak sumatera.

Badak sumatera adalah satu satwa langka di muka bumi yang dilindungi. Dalam buku “Saatnya Berubah Aksi Korektif Siti Nurbaya Mengelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan” menyebutkan ada 25 jenis satwa terancam punah yang menjadi prioritas untuk meningkatkan populasinya, antara lain orangutan, badak, gajah sumatera, harimau sumatera, dan burung rangkong gading.

Salah satu yang terancam punah tersebut adalah badak yakni badak sumatera. Karena langka populasinya, badak sumatera yang memiliki nama latin Dicerorhinus sumatrensis berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa telah ditetapkan sebagai satwa langka dan dilindungi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jauh sebelumnya sejak tahun 1975 Convention on International Trade in Endangered Species of Fauna and Flora (CITES) telah mengkategorikan badak sumatera sebagai satwa yang dilarang untuk diperdagangkan (Appendix I) dan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) badak sumatera dikategorikan dalam status critically endangered.

Badak sumatera adalah korban dari rusaknya habitat dan tingkat perburuan yang tinggi oleh manusia, berakibat populasinya menurun bahkan terjadi kepunahan lokal di beberapa negara.

Walau bernama badak sumatera, satwa langka ini juga tersebar di beberapa negara seperti Malaysia, Burma, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Di Indonesia badak sumatera tersebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Sebagai satwa langka sudah pasti populasi atau jumlah badak sumatera tidak banyak. Mengutip data dari Yayasan Badak Indonesia (YABI), populasi badak sumatera tahun 1974 berkisar antara 400-700 individu (ekor) dan terus mengalami penurunan yang drastis sejak era 1980 dan 1990 akibat perburuan. Kini diperkirakan jumlahnya kurang dari 100 ekor.

Perburuan bahkan membuat badak sumatera dinyatakan punah sejak akhir 2001 di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Demikian pula dengan populasi di Semenanjung Malaya (Sabah dan Serawak) juga telah dinyatakan punah.

Berdasarkan Analisa Viabilitas Populasi dan Habitat (PHVA) badak sumatera tahun 1993, populasinya berkisar antara 215 -319 individu atau dengan kata lain telah terjadi penurunan populasi badak sumatera sekitar 50 persen dalam kurun waktu 20 tahun (1974 – 1993).

Menurut Soemarna K dan kawan-kawan dalam ”Sumatran Rhino in Indonesia Population and Habitat Viability Analysis Report” (1994), dalam kurun waktu dua tahun (1991 - 1993) populasi badak sumatera di seluruh Pulau Sumatera menurun dari sekitar 400 individu menjadi kurang dari 250 individu dan bahkan mungkin berkurang hingga 185 individu.

Namun seperti halnya badak-badak di Asia Tenggara pada umumnya populasi badak sumatera menurun akibat adanya kombinasi ancaman kehilangan kawasan hutan habitatnya akibat perambahan, perubahan fungsi hutan menjadi areal perladangan, illegal logging; dan perburuan cula yang didorong oleh asumsi masyarakat yang keliru dimana cula badak dianggap memiliki khasiat sebagai obat dan bagian tubuh badak lainnya.

Mengutip dari Zafir AWA dkk dalam “Now or never: what will it take to save the Sumatran rhinoceros Dicerorhinus sumatrensis from extinction?” (2011), dengan populasi yang kecil dan hidup terfragmentasi di Sumatera menyebabkan mamalia besar ini memiliki resiko kepunahan yang sangat tinggi. Maka pilihannya, upaya pelestarian atau konservasi harus dilakukan untuk menjamin keberlangsungan badak sumatera.

Konservasi Badak Sumatera

Saat ini ada empat kawasan konservasi badak sumatera di Pulau Sumatera sekaligus menjadi habitat bagi badak sumatera. Pertama, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kedua, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Ketiga, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan keempat Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Konservasi badak sumatera di TNWK adalah salah satu program yang paling sukses. Pada masa Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, sampai menjelang akhir tahun 2023 jumlah badak sumatera yang ada di wilayah konservasi TNWK terus bertambah dan beranak pinak.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA