Badak Sumatera Beranak Pinak di SRS TNWK

Lingkungan  

Anak badak yang tengah menyusu pada induknya di SRS TNWK.

Setelah kelahiran Andatu, badak sumatera di SRS TNWK terus beranak pinak. Pada 12 Mei 2016 lahir anak badak kedua di penangkaran ini buah perkawinan badak Ratu dan Andalas, lahir seekor badak betina yang diberi nama Delilah.

Badak Andatu yang telah dewasa dikawinkan dengan Rosa yang berasal dari TNBBS. Proses perkawinannya tidak sukses karena Rosa sempat delapan kali keguguran. Baru pada kehamilan ke sembilan Rosa melahirkan anak. Setelah sembilan kali bunting dengan masa kebuntingan 476 hari –

Rosa bunting dari Desember 2020 hingga Maret 2022 – pada Kamis, 24 Maret 2022 pukul 11.44 WIB badak Rosa melahirkan anak pertamanya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Siti Nurbaya, dari upaya pengembangbiakan semi alami yang dilakukan saat ini SRS TNWK telah sukses menghasilkan lima individu badak sumatera yang lahir, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), anak ketiga dari Ratu-Andalas (30 September 2023) dan anak dari Delilah-Harapan (25 November 2023).

Dalam sebuah kesempatan Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, “Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelestarian badak sumatera. Kelahiran anak badak sumatera ini menunjukkan kepada dunia keberhasilan upaya konservasi spesies mamalia besar langka di Indonesia”.

Selain badak sumatera, badak jawa adalah sama-sama satwa langka yang terancam punah dan dilindungi. Beda kedua satwa badak tersebut ada pada culanya. Badak Sumatera bercula dua dengan ukuran yang lebih kecil dari badak Jawa yang memiliki satu cula.

Berkurangnya populasi dan habitat badak sumatera selama ini adalah akibat faktor manusia seperti perburuan, penebangan liar, dan eksploitasi sumber daya hutan. Kondisi itu menurunkan kualitas habitat dan akibatnya menghambat pertumbuhan populasi badak sumatera. Patut menjadi perhatian bahwa badak merupakan satwa yang sensitif terhadap gangguan dan salah satu satwa yang dapat menjadi indikator kerusakan lingkungan. Badak hanya akan hidup pada habitat yang tidak terganggu.

Sudah banyak penelitian tentang badak sumatera atau badak jawa. Diduga badak hanya menggunakan lokasi-lokasi tertentu dalam aktivitasnya. Kemudian habitat yang dipilih merupakan habitat yang secara durasi dan frekuensi digunakan dalam intensitas yang tinggi. Badak juga tidak menyebar secara acak karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketersediaan pakan, air, tempat berlindung, garam mineral, dan tempat berkubang.

Ada penelitian juga yang menyebutkan bahwa karakteristik suatu habitat sangat berpengaruh terhadap sebaran badak sumatera di dalam suatu kawasan. Selain upaya konservasi di SRS TNWK, untuk menghindari terjadinya kepunahan badak sumatera di TNWK dan salah satu upaya untuk mempertahankan kelestarian badak sumatera adalah melakukan pengelolaan habitat.

“Pengelolaan habitat yang baik harus memiliki komitmen untuk memperhatikan kesejahteraan satwa dan harus mengetahui karakter habitat yang dibutuhkan oleh satwa dalam melakukan segala aktivitasnya.”, tulis Yusrina Avianti Setiawan dalam “Sebaran Spasial Jejak Aktivitas Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis, Fischer 1814) di Taman Nasional Way Kambas” (2017).

Sepertinya apa dilakukan melalui SRS di TNWK telah memenuhi apa yang disarankan dari dalam hasil penelitian di atas. Menurut Menteri LHK Siti Nurbaya, “Kelahiran terus menerus anak badak sumatera di TNWK tanda ekosistem membaik”.

Ciri-Ciri Badak Sumatera

Badak sumatera dengan dua cual.

Badak sumatera memiliki bentuk yang berbeda dari badak jawa. Badak sumatera memiliki ukuran tubuh yang paling kecil dan jenis yang paling primitif dibandingkan dengan lima jenis badak yang ada di bumi.

Tubuh badak sumatera gemuk dan agak bulat dengan kaki yang relatif pendek dengan berat berkisar 800 – 1.000 kg dengan panjang antara 236 - 318 cm dan tinggi 112 - 145 cm.

Bayi badak sumatera memiliki panjang 90 cm, tinggi 60 cm dan berat badan rata-rata 25 kg. Selain itu badak sumatera adalah badak yang tubuhnya paling banyak ditutupi rambut dibandingkan dengan jenis badak lainnya. Saat usianya bertambah, rambut tersebut akan semakin berkurang.

Rambut pada badak sumatera ada pada bagian telinga belakang, perut sisi sebelah bawah panggul, dan sebelah luar kaki serta di bagian ekor. Kulitnya tebal berwarna coklat kemerahan dan akan menjadi lebih gelap saat dewasa serta terdapat lipatan kulit pada pangkal bahu, kaki depan, dan kaki belakang.

Badak sumatera memiliki dua cula. Cula di bagian depan tinggi 25 - 79 cm, cula bagian belakang sekitar 10 cm. Bahkan pada badak betina cula lebih pendek dan kasar. Warna cula abu-abu, gelap, atau hitam dan bagian pangkalnya lebih gelap daripada ujung. Ini berfungsi sebagai senjata perlindungan. (maspril aries)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image