Mercusuar dan Pantai jadi Saksi Perang Dunia II di Pulau Bangka

Wisata  

Mercusuar Tanjung Kalian yang ditetapkan sebagai cagar budaya.

Sejarah mencatat banyak peristiwa perang, Perang Dunia I, Perang Dunia II dan perang-perang lainnya selalu ada korban mereka yang tewas dan terluka, juga meninggalkan puing-puing yang tersisa dan menjadi saksi bisu dan kebiadaban perang. Diantara banyak saksi bisu, salah satunya adalah mercusuar Pantai Tanjung Kalian.

Mercusuar tersebut berdiri di tepi Selat Bangka yang kini disebut mercuasuar Tanjung Kalian kerennya, “Tanjung Kalian Lighthouse” ada di Muntok, Kabupaten Bangka Barat.

Mercusuar Tanjung Kalian adalah peninggalan kolonial Hindia Belanda yang dibangun tahun 1850 – 1860, tingginya 65 m dengan jangkauan lampu sejauh 25 mil ke arah laut. Mercusuar ini memiliki 189 anak tangga atau 19 lantai.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mercusuar Tanjung Kalian kini menjadi salah satu destinasi wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Tak jauh dari mercusuar, di tepi pantai ada besi bangkai kapal.

Dari berbagai informasi yang tersebar termasuk di jagat maya, dalam keterangan foto kapal tersebut, juga data dari Australian War Memorial menyebutkan bahwa itu bangkai kapal Vyner Brooke. Namun catatan lain menyebutkan, itu bangkai kapal Van der Parra yang juga tenggelam di Selat Bangka akibat bom pesawat tempur Jepang. Sebelum tenggelam kapal Van der Parra di tarik ke pantai.

Tentang kekejaman dan kebiadaban perang yang terjadi di Selat Bangka atau Pulau Bangka, BBC pernah menyajikan tulisan berjudul “Perang Dunia II: 21 Perawat Australia Dibantai di Pulau Bangka, Penyintas ‘dibungkam.’” (https://www.bbc.com/indonesia/majalah-48008726).

Pada 1942, sekelompok perawat Australia dibunuh para serdadu Jepang yang belakangan dikenal dengan peristiwa pembantaian di Pulau Bangka. Mengutip sejarawan militer, Lynette Silver, BBC menuliskan, peristiwa itu terjadi saat 22 perawat Australia yang disuruh berbaris ke tepi laut di Pulau Bangka, Indonesia, kemudian diberondong dengan senapan mesin pada Februari 1942 lampau. Semua perawat meninggal dunia kecuali satu orang.

Perawat yang selamat itu Vivian Bullwinkel dan merupakan penyintas tunggal dalam peristiwa pembantaian di Pulau Bangka. Vivian Bullwinkel tertembak dalam peristiwa pembantaian tersebut. Namun, dia berhasil luput dari kematian setelah pura-pura meninggal. Dia bersembunyi di hutan, ditangkap lantas dijadikan tahanan perang, dan akhirnya kembali ke Australia.

Setelah dua bom atom dijatuhkan dari pesawat tempur Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang pun bertekuk lutut. Jepang menyerah kalah pada sekutu, terjadi tukar-menukar tawanan perang Vivian Bullwinkel yang menjadi tawanan perang di Muntok lalu kembali Australia.

Bersama 22 perawat yang tergabung dalam Australian Army Nursing Service (AANS) pada 24 Oktober 1945 Bullwinkel tiba di Heidelberg Military Hospital, Melbourne. Dua bulan kemudian, Bullwinkel menceritakan kepada media The Canberra Times pada 21 Desember 1945, tentang peristiwa yang dikenal sebagai “Pembantaian Pulau Bangka.” Kesaksian itu membuka mata dunia tentang kekejaman bala tentara Dai Nippon.

Kemudian Australia melakukan penyelidikan Pembantaian Pulau Bangka tersebut, Menurut sejarawan Lynette Silver, pengadilan terhadap para pelaku pembantaian itu tak bisa digelar karena tak satu pun serdadu Jepang yang bertanggungjawab atas pembantaian itu masih hidup.

Peristiwa yang menimpa Vivian Bullwinkel bersama rekan-rekannya terjadi setelah pesawat tempur Jepang tanggal 8 Desember 1941 Jepang membom pangkalan Armada Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, kepulauan Hawaii yang kemudian memicu terjadinya Perang Dunia II di Asia Pasifik. Jepang meneruskan intervensinya ke beberapa wilayah di Asia khususnya Asia Tenggara. Jepang berhasrat membangun sebuah imperium di Asia.

Jepang membombardir Semenanjung Malaya dan berhasil dikuasai pada akhir Januari 1942. Jepang menyerang Singapura tempat pangkalan militer Inggris. Jepang juga menyerang Hindia Belanda dan tanggal 11 Januari 1942 berhasil menaklukkan Tarakan terus ke Balikpapan (sekarang Kalimantan Timur). Pada 14 Februari 1942 menyerang Palembang dengan mendaratkan pasukan payung. Dua daerah ini adalah penghasil minyak. Jepang kemudian berhasil menduduki pulau Bangka dan Belitung yang menjadi daerah penghasil timah dan lada.

Satu hari setelah menyerang Palembang, bala tentara Jepang pada 15 Febuari 1942 menguasai Singapura. Saat Jepang terus menerus memborbardir Singapura, pasukan Inggris dan Australia berusaha melakukan evakuasi terhadap warganya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image