Mercusuar dan Pantai jadi Saksi Perang Dunia II di Pulau Bangka

Wisata  

Museum Timah Indonesia di Muntok.

Pada 10 Februari 1942 evakuasi pertama dilakukan dengan kapal SS Wah Sui, kapal ini berhasil tiba dengan selamat di Australia Barat. Evakuasi kedua dengan kapal Star Empire yang mengangkut 60 perawat nyaris gagal karena mendapat serangan dari pesawat tempur Jepang. Banyak penumpangnya yang tewas dan terluka.

Evakuasi ketiga dilakukan oleh Kapal SS Vyner Brooke yang membawa 65 orang perawat, termasuk Vivian Bullwinkel bersama personil RAF (Royal Air Force) atau Angkatan Udara Inggris, tentara dan warga sipil yang kebanyakan wanita serta anak-anak. Kapal berlayar meninggalkan Singapura pada 12 Februari 1942.

Kapal dengan nakhoda Richard E. Tubby Borton hanya berlayar pada malam hari untuk menghindari patroli pesawat tempur dan pesawat pengintai Jepang. Pada 14 Februari 1942 kapal Vyner Brooke mulai berlayar memasuki kawasan Selat Bangka. Sekitar pukul 11 siang di langit terdengar suara deru mesin pesawat pengintai Jepang yang mendekat dan melintas sangat cepat dengan melepaskan bom ke arah kapal namun gagal menghantam kapal.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kemudian pesawat Dai Nippon tersebut kembali datang menyerang melepaskan bom ke arah kapal Vyner Brooke, salah satu bom mengenai bagian kanan cerobong kapal. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian kapal. Kapten kapal memerintahkan para penumpang mengenakan jaket pelampung dan meninggalkan kapal dengan menggunakan sekoci. Dari enam sekoci hanya tiga yang bisa digunakan, karena tiga sekoci lainnya sudah berlubang.

Evakuasi dari kapal menggunakan sekoci diprioritaskan pada warga sipil dan anak-anak serta yang terluka. Sementara anggota militer dan perawat memilih berenang termasuk perawat Vivian Bullwinkle. Kapal Vyner Brooke yang mulai ditinggalkan penumpangnya terus menjadi sasaran tembakan pesawat tempur Jepang.

Setelah Jepang berhasil menduduki Palembang dan Bangka, pesawat tempur Jepang menurut Ian W. Shaw dalam bukunya “On Radji Beach” yang terbit tahun 2010, ada sekitar 70 kapal yang tenggelam di dan sekitar Selat Bangka pada Februari 1942 yang diserang bom pesawat Jepang.

Para penumpang kapal Vyner Brooke akhirnya terdampar di Pantai Radji yang berjarak sekitar 10 km dari Tanjung Kalian. Penumpang yang selamat berusaha mencari makanan. Namun upaya itu gagal karena tidak ada makanan di dalam hutan. Ada diantara penumpang berniat untuk menyerahkan diri kepada Jepang. Akhirnya tentara Jepang berhasil menemukan tempat persembunyian Vivian Bullwinkel dan penumpang lainnya.

Di situ lah tentara Jepang bertindak dengan menembaki para penumpang yang selamat setelah sebelumnya mereka menggiring ke tepi pantai. Berbaris dengan menghadap ke laut lepas dari belakang tentara Jepang menembaki para penumpang dan perawat Australia. Satu persatu mereka berjatuhan ke pasir dan tewas. Menurut Lyentte Silver, Vivian Bullwinkel yang tubuhnya lebih tinggi dari lainnya, tertembak pinggulnya dan selamat.

Namun ia jatuh jatuh pingsan. Bullwinkel yang kemudian tersadar dari pingsan tetap berpura-pura mati. Setelah tentara Jepang pergi menjauh dengan rasa takut Bullwinkel berlari menuju hutan, bersembunyi. Bullwinkel ternyata tidak sendiri, pergi ke mata air menemukan Pat Kingsley seorang prajurit Inggris yang selamat dari pembantaian di pantai dengan luka tembak dan tusukan bayonet.

Masjid Jamik Muntok.

Setelah bersembunyi sekitar dua pekan, mereka menyerahkan diri kepada Jepang dan menjadi tawanan Jepang. Dalam tahanan Kingsley tewas akibat luka-lukanya. Jepang pun akhirnya menyerah dan terjadi tukar menukar tawanan perang dan Vivian Bullwinkel pun kembali ke Australia.

Andai dulu terpasang kamera di puncak mercusuar Tanjung Kalian, maka aksi pesawat tempur Jepang akan terekam jelas. Namun mercusuar yang letaknya tak jauh dari pelabuhan ferry Tanjung Kalian Muntok tersebut bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tidak memiliki kamera atau CCTV (Closed Circuit Television).

Kini Pantai Tanjung Kalian dan Pantai Radji setiap pertengahan Februari selalui menjadi destinasi kunjungan para keluarga korban Perang Dunia II dari Australia, Selandia Baru dan Inggris untuk upacara mengenang para korban. Ada acara tabur bunga di beberapa lokasi.

Berkunjung ke mercusuar Tanjung Kalian berarti berkunjung juga ke Muntok ibu kota Kabupaten Bangka Barat. Muntok sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil timah dan banyak terdapat bangunan bersejarah.

Di seputar kota Muntok ada Museum Timah Indonesia. Di museum ada galeri Vivian Bullwinkel yang memajang pengakuan atas peristiwa yang terjadi pada tahun 1942 tersebut. Harus dicatat agar tidak lupa bahwa di Indonesia hanya ada dua Museum Timah, satunya lagi ada di Pangkalpinang.

Di Muntok ada bangunan bersejarah pesanggrahan Muntok yang dibangun tahun 1827. Bangunan ini menjadi tempat pengasingan Bung Karno bersama Agus Salim dari 6 Februari 1949 – 6 Juli 1949. Juga bisa singgah menunaikan shalat di Masjid Jamik atau berkunjung ke Kelemteng Kong Fik Miau.

Setelah berkeliling jika perut sudah terasa lapar, kaki lelah melangkah dan tenggorokan terasa haus. Tak perlu khawatir ada banyak beragam kuliner yang tersedia di seputar Muntok. Salah satunya ada makanan khas yang banyak di jumpai di pulau Bangka yakni otak-otak. (maspril aries)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image